Shalat ‘Li Daf’il Bala

18 Januari 2012

Menyikapi semakin maraknya musibah, bencana atau bala yang menimpa manusia saat ini, menuntut kita (umat muslim) untuk bertindak cerdas dan tepat sesuai dengan tuntunan agama. Tindakan tersebut direfresentasikan dalam suatu bentuk ibadah yang bertujuan atau dengan harapan (Semoga dikabulkan oleh Allah SWT.) agar diri dan lingkungan kita terhindar dari segala bentuk bala serta semakin mendekatkan kita kepada Allah SWT. Dalam tuntunan agama Islam terdapat suatu ibadah / shalat sunah untuk mencegah atau menolak dari berbagai bala yang akan menimpa yaitu SHALAT LIDAF’IL BALA.

  1. Apa yang dimaksud Shalat lidaf’il bala ?
    Pengertian Shalat lidaf’il bala artinya Shalat sunah untuk mencegah atau menolak dari berbagai bala yang akan menimpa. Maka dianjurkan untuk melaksanakannya setiap hari pada waktu yang tidak ditentukan / kapan saja.
  2. Adakah hadist dan qaul ulama tentang Shalat lidaf’il bala ? Baca lebih lanjut

Keberadaan Iman Kita

Riyadloh
Ditulis oleh KH. Jaja Abdul Jabbar
Rabu, 06 May 2009 20:00

KH. Jaja Abdul Jabbar

Iman itu bertambah dengan banyak melakukan taat dan berkurang karena melakukan maksiat” (Tafsir al-Baidhowi, jilid 1 hal. 380).

Ulama berbeda pendapat mengenai iman, apakah iman itu bisa bertambah dan berkurang atau tidak. Menurut sependapat bisa bertambah dan berkurang, menurut pendapat lain tidak bisa bertambah dan berkurang.

Ulama yang berpendapat bahwa iman bisa bertambah dan berkurang berdasarkan kepada dalil-dalil berikut ini :

1. Dalil al-Quran, diantaranya surat al-Anfal ayat 2 :

Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Alloh maka gemetarlah hati mereka dan apabila dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal“.

Imam Bukhari dan imam lainnya menjadikan ayat ini sebagai dalil bahwa iman bisa bertambah dan saling mengungguli dalam hati.

2. Sebagian besar ulama mengidentikkan iman dengan taat, berdasarkan kepada hadits Rosululloh SAW :

Iman itu mempunyai 77 pintu, pintu yang paling atas adalah ucapan “Laa Ilaaha Illalloh” dan yang paling rendah adalah membuang duri dari jalan, dan malu itu merupakan cabang dari iman” dikeluarkan oleh Bukhari dan Muslim. (Tafsir Khozin, Juz 1 hal. 8).

Dengan demikian menurut pendapat pertama, pengertian iman di sini bukan kepada pokok utama dari iman itu sendiri, melainkan kesempurnaan amal, sebab derajat bertambahnya keimanan seseorang diukur dengan banyaknya melakukan amal baik. Sebaliknya kurang iman karena kurangnya melakukan amal baik, bahkan melakukan maksiat. Naudzubillahimindzalik. Karena itu iman bisa bertambah dan berkurang sesuai dengan ketaatan orang tersebut.

Pendapat kedua yang menyatakan bahwa iman tidak bisa bertambah dan berkurang mempunyai alasan dalam beberapa kitab dijelaskan, Iman adalah :

Membenarkan dalam hati kepada segala sesuatu yang datang dari Nabi Muhammad SAW“. (Syarah Safinatunnaja hal.8)

Berarti kalau iman berkurang maka kedudukan tashdiq (membenarkan) berubah menjadi syak (ragu-ragu). Perubahan kedudukan ini Baca lebih lanjut

Kefakiran Dapat Menimbulkan Kekufuran

Segala puji kita panjatkan kepada Alloh SWT yang Maha Kaya, yang tidak membutuhkan apapun dan siapapun, yang hanya kepada-Nya kita meminta dan mengadu.

Sudah menjadi fitrah manusia datangnya cobaan, banyaknya kebutuhan menghampiri menjadikan hidup tidak seimbang, selera makan berkurang, susah tidur, dan bahkan waktu satu jam pun bagai setahun.Cobaan berbagai kebutuhan ibarat seekor binatang buas dan liar. Kalau saja kita tidak bisa memeliharanya dia akan menjadi semakin buas dan liar sehingga timbul masalah besar. Begitu pula dengan cobaan kalau saja kita tidak bisa menghadapinya maka cobaan tersebut akan menimbulkan berbagai kemudaratan yang fatal, bahkan kekufuran ancamannya. Selaras dengan hadits Nabi Muhammad SAW. yang mengatakan :

“Hampir saja kefakiran menjadikan kekufuran.”

Memang kefakiran terkadang melunturkan keimanan Baca lebih lanjut