“Iman itu bertambah dengan banyak melakukan taat dan berkurang karena melakukan maksiat” (Tafsir al-Baidhowi, jilid 1 hal. 380).
Ulama berbeda pendapat mengenai iman, apakah iman itu bisa bertambah dan berkurang atau tidak. Menurut sependapat bisa bertambah dan berkurang, menurut pendapat lain tidak bisa bertambah dan berkurang.
Ulama yang berpendapat bahwa iman bisa bertambah dan berkurang berdasarkan kepada dalil-dalil berikut ini :
1. Dalil al-Quran, diantaranya surat al-Anfal ayat 2 :
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Alloh maka gemetarlah hati mereka dan apabila dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal“.
Imam Bukhari dan imam lainnya menjadikan ayat ini sebagai dalil bahwa iman bisa bertambah dan saling mengungguli dalam hati.
2. Sebagian besar ulama mengidentikkan iman dengan taat, berdasarkan kepada hadits Rosululloh SAW :
“Iman itu mempunyai 77 pintu, pintu yang paling atas adalah ucapan “Laa Ilaaha Illalloh” dan yang paling rendah adalah membuang duri dari jalan, dan malu itu merupakan cabang dari iman” dikeluarkan oleh Bukhari dan Muslim. (Tafsir Khozin, Juz 1 hal. 8).
Dengan demikian menurut pendapat pertama, pengertian iman di sini bukan kepada pokok utama dari iman itu sendiri, melainkan kesempurnaan amal, sebab derajat bertambahnya keimanan seseorang diukur dengan banyaknya melakukan amal baik. Sebaliknya kurang iman karena kurangnya melakukan amal baik, bahkan melakukan maksiat. Naudzubillahimindzalik. Karena itu iman bisa bertambah dan berkurang sesuai dengan ketaatan orang tersebut.
Pendapat kedua yang menyatakan bahwa iman tidak bisa bertambah dan berkurang mempunyai alasan dalam beberapa kitab dijelaskan, Iman adalah :
“Membenarkan dalam hati kepada segala sesuatu yang datang dari Nabi Muhammad SAW“. (Syarah Safinatunnaja hal.8)
Berarti kalau iman berkurang maka kedudukan tashdiq (membenarkan) berubah menjadi syak (ragu-ragu). Perubahan kedudukan ini Baca lebih lanjut → |